Rabu, 25 September 2013

Perguruan Silat terbesar di Indonesia

Aliran Silat di indonesia sangatlah banyak dan beragam seperti kebudayaan yang ada, tetapi ada perguruan silat yang terbesar Di Indonesia 
Berikut adalah ulasannya :.

Silek Harimau, Minangkabau. Silek Harimau Minangkabau adalah aliran seni beladiri yang berkembang di Minangkabau, Sumatera Barat. Silat diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat di sana bukan hanya sebagai kemampuan beladiri, tapi juga sebagai warisan budaya. Dengan kuda-kuda yang kukuh dan daya tinju yang keras, Silek Harimau seolah menggambarkan keganasan dan kekerasan seekor Harimau Sumatera. Aliran silat ini yang kemudian diangkat ke film Gareth Evans yang berjudul "Merantau" (2009).



Silat Cimande, Jawa Barat. Cimande adalah aliran maenpo (Silat Sunda) di daerah Tari Kolot, Cimande, Bogor, Jawa Barat. Cimande adalah sebuah aliran pencak silat yang tergolong tua, besar, terkenal dan memiliki pengaruh pada aliran lainnya di Pulau Jawa. Cimande memiliki lima aspek yaitu aspek olahraga, seni budaya/tradisi, beladiri, spiritual dan pengobatan. Aspek terakhir, yaitu pengobatan (termasuk pijat/ atau urut gaya Cimande dan pengobatan patah tulang), sangat terkenal di masyarakat luar Cimande sekali pun.



Silat Merpati Putih, Yogyakarta. Merpati Putih merupakan pencak silat yang berkembang dari tradisi Jawa sejak tahun 1550. Didirikan tanggal 2 April 1963 di Yogyakarta. Aliran ini mempunyai kurang lebih 85 cabang dalam negeri dan 4 cabang luar negeri, dengan jumlah kelompok latihan yang sangat banyak dan lulusan di seluruh Indonesia yang mencapai jutaan. Pencak silat ini dikenal juga dengan nama "Beladiri Tangan Kosong" (Betako).



Silat Cingkrik, Betawi. Silat Cingkrik merupakan salah satu dari 300 aliran silat Betawi. Salah satu tokoh terkenalnya adalah Si Pitung, sekalipun banyak yang masih menganggapnya fiktif. Karakter teknik beladirinya adalah mengandalkan take-down atau bantingan (mirip gulat), dengan mengandalkan kekokohan kedua kaki. Cingkrik Goning, misalnya, memiliki 80 teknik take-down yang bisa dipelajari hingga selesai.



Silat Perisai Diri. Silat Perisai Diri adalah teknik silat Indonesia yang ditemukan Pak Dirdjo, sebagai Pendekar Purna Utama yang pernah mempelajari 150 lebih aliran silat Nusantara. Tak hanya itu, ia juga mempelajari aliran Kung Fu Siauw Liem Sie (Shaolin) selama 13 tahun. Ilmu beladiri yang diperolehnya tersebut berpengaruh terhadap teknik beladiri dalam silat Perisai Diri, yang banyak mengandalkan pada elakan. Gesit, lincat hingga sulit ditangkap merupakan cirri aliran ini. Aliran ini juga terkenal dengan serangannya yang biasanya dilakukan dengan kekuatan maksimum. Silat ini paling banyak dikenal di dunia, dan dengan anggota yang tersebar hingga Australia, Eropa, Jepang dan Amerika Serikat.



Aliran-aliran silat di atas hanya sebagian kecil dari aliran-aliran Silat di Indonesia yang jumlahnya begitu banyak. Semoga semua aliran itu, perlahan akan mulai dikenal, dicintai dan dipelajari oleh masyarakat kita, khususnya serirng mendunianya film The Raid.
sumber : http://www.zvelite.com/2013/01/perguruan-silat-terbesar-di-indonesia.html

Membenahi sistem Pendidikan di Indonesia

Sabtu, 13 Juni 2009, beberapa sekolah di Indonesia sudah menerima presentasi kelulusan para siswa-siswinya. Ada tawa yang terlepas ketika keberhasilan tergapai. Namun, ada juga air mata yang keluar karena kegagalan yang didapat.
Kembali, dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan air mata pada pihak pelajar. Sebuah kebijakan mengenai Ujian Nasional, harus membuat beberapa orang kecewa. Belum lagi, ada juga kekecewaan yang muncul yang berasal dari luar pihak-pihak yang mengalami kegagalan dalam ujian nasional.
Beberapa hari sebelum pengumuman mengenai kelulusan, kekecewaan juga nampak pada beberapa sekolah yang harus mengikuti ujian ulang. Ditengarai, hal ini disebabkan karena faktor soal yang bocor. Tentu saja, hal ini sungguh menyakitkan bagi para siswa yang sebenarnya tidak ikut terlibat, dan juga tentu akan membuat nama pendidikan di Indonesia menjadi tercoreng.
Kekecewaan juga nampak pada bobroknya penjagaan yang dilakukan terhadap pelaksanaan Ujian Nasional serta kerahasiaan sebuah dokumen negara, dalam hal ini dokumen ujian nasional. Saat ujian nasional berlangsung, tidak jarang terjadi kebocoran soal, tersebarnya kunci jawaban via telepon selular, serta peristiwa nyontek-menyontek.
Patut diakui, kualitas dari Ujian Nasional itu sebenarnya memang patut untuk dipertanyakan jika melihat  sederet masalah yang terjadi. Selain itu, akan juga muncul beberapa pertanyaan terkait. Apakah dengan standar soal yang ada, seorang pelajar memang betul-betul bisa dikatakan lulus dari bangku sekolah menengah? Lalu, bagaimana dengan perkembangan kepribadiannya? Bagaimana jika hasil Ujian Nasional nya bagus, namun itu bukanlah hasil dari sebuah kejujuran?

Kesalahan sistem pendidikan
Banyak kritik terlontar ketika Ujian Nasional harus terus digelar dan dijadikan sebagai satu-satunya acuan untuk menentukan kelulusan seorang siswa. Padahal, banyak aspek lain yang patut untuk diperhitungkan disamping aspek nilai Ujian Nasional.
Faktor yang sering terlupakan dalam masalah pendidikan adalah masalah pembentukkan moral dan karakter dari para pelajar itu sendiri. Terkadang, proses pembentukkan moral dan karakter ini cenderung dikesampingkan karena adanya orientasi terhadap kesuksesan yang mutlak dicapai saat pelaksanaan Ujian Nasional.
Akibatnya adalah kepribadian yang terbentuk di tubuh para pelajar bukanlah sebuah kepribadian yang patut untuk dibanggakan. Kejadian tawuran antara UKI dan YAI serta sederet aksi yang sama telah menunjukkan bahwa pembentukkan kepribadian dinilai masih sangat minim.
Untuk mengubah hal ini memang tidaklah mudah. Ini nampaknya sudah merupakan sebuah kesalahan yang ada pada sistem pendidikan di Indonesia. Letak kesalahannya adalah fokus yang berlebih terhadap pelaksanaan Ujian Nasional. Fokus yang berlebih ini kemudian juga berujung pada fokus untuk peningkatan  serta mempertahankan citra sekolah tersebut, serta mengenyampingkan proses pembentukkan kepribadian pelajarnya.
Hal ini bisa dijelaskan sebagai berikut. Ujian Nasional, bukan hanya digunakan sebagai sarana untuk menilai seberapa baik kemampuan siswa tersebut, namun juga dijadikan sebagai sarana dari pihak sekolah untuk ajang unjuk gigi di bidang pendidikan skala nasional. Hal ini terjadi karena sekolah yang mendapatkan nilai Ujian Nasioanl tertinggi, dengan sendirinya juga akan terangkat namanya. Nama yang terangkat ini juga kemudian akan berpengaruh pada seberapa banyak calon siswa yang akan masuk ke sekolah itu karena akan dinilai sebagai sekolah favorit.
Lalu, jika dalam konteks masalah seerti ini, siapa yang akan merasa tertekan? Pelajar tentunya. Hal ini disebabkan karena adanya tanggung jawab yang dibebankan kepada mereka untuk menjaga citra sekolah, sehingga terkadang persiapan untuk mengikuti Ujian Nasional dinilai terlalu berlebihan dan menguras banyak tenaga. Selain itu, akhirnya pelajaran untuk membentuk moral dan karakter akan dengan sendirinya terhapuskan karena digunakan untuk kepentingan mata pelajaran yang akan diujikan dalam Ujian Nasional.
Untuk membentuk seorang calon pemimpin diperlukan pendidikan yang bukan hanya mengorientasikan dirinya pada sebuah kuantitas, namun juga pada kualitas. Kuantitas belum tentu bisa untuk dijadikan sebagai bahan acuan dalam melihat kualitas. Itulah sebabnya, ujian nasional sepertinya memang tidak bisa djadikan satu-satunya acuan untuk menetukan kelulusan. Masih diperlukan penilaian terhadap aspek-aspek lainnya. Diantaranya adalah penilaian dari segi moral dan karakter siswa tersebut, apakah sudah terbentuk dengan baik atau belum.
Satu hal yang wajib untuk dilakukan jika memang ada keinginan untuk tetap mempertahankan Ujian Nasioanal sebagai standar dalam menentukan kelulusan adalah, keharusan melaksanakan pembenahan sistem Ujian Nasional itu sendiri. Pembenahan sistem disini dimaksudkan agar tidak lagi terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang sudah diutarakan penulis di atas.
Pendidikan Indonesia seyogyanya dapat menciptakan lulusan yang unggul jika saja pembenahan dalam segala sistem pendidikan mau dilakukan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara untuk tidak mengorientasikan pendidikan hanya kepada nilai, namun juga kepada pembentukkan kepribadian dan karakter pelajarnya.

sumber :  http://edukasi.kompasiana.com/2009/06/14/membenahi-sistem-pendidikan-di-indonesia-7011.html

Adat istiadat Pernikahan Padang (Minangkabau)

Pada pernikahan adat Padang, yang lebih banyak andil/mempersiapkan pernikahan yaitu pihak pengantin perempuan. Banyak tradisi yang mesti dilakukan terlebih dahulu sebelum pernikahan, seperti: maresek, maminang dan batuka tanda, mahanta/minta izin, babako-babaki, malam bainai, manjapuik marapulai, penyambutan di rumah anak daro, akad, basanding di pelaminan, memulangkan tanda, mengumumkan gelar pengantin pria, mangadu kenig, mangaruak nasi kuning, bermain coki, tari paying, dan manikam jajak.


1. Maresek
Maresek merupakan penjajakan pertama atau perkenalan pertama, sebagai permulaan tata cara pelaksanaan pernikahan. Sesuai dengan adat minangkabau, pihak keluarga wanitalah yang mendatangi keluarga pria. 
2. Maminang dan batuka tanda
Biasanya dalam hal meminang keluarga pria yang mendatangi keluarga wanita untuk meminang. Tapi tidak dengan adat padang. Kalau di Padang keluarga wanita yang mendatangi keluarga pria untuk meminang si calon pengantin pria tersebut. Bila tunangan diterima, maka dilanjutkan dengan bertukar tanda sebagai symbol pengikat perjanjian dan tidak dapat diputuskan secara sepihak.
Acara meminang ini melibatkan orangtua atau ninik mamak, sesepuh dari kedua keluarga calon pengantin. Rombongan keluarga wanita datang dengan membawa sirih pinang lengkap yang disusun didalam sebuah wadah yang disebut carano atau kampla yaitu tas yang terbuat dari daun pandan. Acara diawali dengan juru bicara dari pihak wanita yang memperilahkan keluarga pria untuk mencicipi sirih pinang yang mereka bawa sebagai tanda persembahan. Selanjutnya juru bicara pihak wanita menyampaikan maksud utama mereka yaitu lamaran. Setelah lamaran diterima acara dilanjutkan dengan bertukar tanda ikatan masing-masing. Selanjutnya kedua belah pihak berembug atau membicarakan tata cara penjemputan calon mempelai pria.
 
      3. Mahanta/minta izin
Kedua calon mempelai baik yang pria maupun yang wanita mengabarkan dan meminta doa restu rencana pernikahannya kepada mamak-mamaknya, saudara-saudara ayahnya, kakak-kakaknya yang telah berkeluarga dan para sesepuh yang dihormati. Untuk calon mempelai wanita diwakili oleh kerabat wanita yang telah berkeluarga dengan cara mengantar sirih. Sedangkan untuk calon mempelai pria membawa selapah yang berisi daun nipah dan tembakau. Ritual ini ditunjukan untuk memberitahukan dan memohon doa rencana pernikahannya. Biasanya keluarga yang didatangi akan memberikan bantuan dari mulai tenaga sampai biaya untuk pernikahan sesuai kemampuan.
      4.   Babako-babaki
Pihak keluarga dari ayah calon mempelai wanita (disebut bako) ingin memperlihatkan kasih sayangnya dengan ikut memikul biaya sesuai kemampuan. Acara berlangsung beberapa hari sebelum acara akad nikah.
Perlengkapan yang disertakan biasanya berupa sirih lengkap (sebagai kepala adat), nasi kuning singgang ayam (makanan adat), antaran barang yang diperlukan calon mempelai wanita seperti seperangkat busana, perhiasan emas, lauk pauk baik yang sudah dimasak maupun yang masih mentah, kue-kue dan sebagainya.
 
5.    Malam Bainai
Bainai berarti melekatkan tumbukan halus daun pacar merah atau daun inai ke kuku-kuku calon pengantin wanita. Tumbukan ini akan meninggalkan bekas warna merah cemerlang pada kuku. Lazimnya berlangsung malam hari sebelum akad nikah. Tradisi ini sebagai ungkapan kasih sayang dan doa restu dari para sesepuh keluarga mempelai wanita.
     6.   Manjapuik Marapulai
Calon pengantin pria dijemput dan dibawa ke rumah calon pengantin wanita untuk melangsungkan akad nikah . Prosesi ini juga dibarengi pemberian gelar pusaka kepada calon mempelai pria sebagai tanda sudah dewasa.